Gunung Lawu kembali berduka. Sosok legendaris yang begitu dicintai oleh para pendaki, yakni Mbok Yem, dikabarkan telah meninggal dunia. Kabar ini sontak menjadi viral dan meninggalkan duka mendalam, terutama bagi mereka yang pernah merasakan kehangatan sambutan serta keikhlasan pelayanan ia di warungnya yang berada di puncak gunung.
Mbok Yem dikenal sebagai satu-satunya pemilik warung yang berada di dekat puncak Gunung Lawu, tepatnya di Hargo Dalem. Warungnya telah menjadi tempat singgah sakral dan penuh kehangatan bagi para pendaki yang melewati jalur pendakian Cetho maupun Cemoro Sewu. Sosoknya dikenal ramah, sederhana, dan penuh dedikasi, bahkan di usia senja.
Tak hanya menyediakan makanan dan minuman hangat, ia juga dikenal sering menyambut pendaki dengan senyum tulus, bahkan saat tengah malam sekalipun. Banyak pendaki yang merasa bahwa kehadiran beliau memberikan rasa aman dan nyaman di tengah dinginnya Gunung Lawu.
Kronologi Meninggalnya Mbok Yem
Menurut informasi yang disampaikan oleh kanal YouTube Mister Upil, kronologi meninggalnya Mbok Yem bermula dari perubahan rutinitas yang tak biasa. Umumnya, ia hanya turun gunung pada momen-momen tertentu seperti saat Hari Raya Idul Fitri. Namun belakangan ini, beliau turun gunung karena kondisi kesehatannya menurun drastis.
Ditemukan Sakit oleh Para Pendaki
Para pendaki menemukan beliau dalam kondisi lemah dan sakit. Karena lokasinya yang berada di ketinggian, Ia akhirnya ditandu turun oleh para pendaki menuju rumah sakit di wilayah Ponorogo.
Diagnosis Dokter: Pneumonia
Sesampainya di rumah sakit dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim medis, dokter menyatakan bahwa Mbok Yem mengidap penyakit pneumonia atau yang sering disebut sebagai paru-paru basah.
Penyebab Kesehatan Menurun: Faktor Usia dan Cuaca Ekstrem
Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab utama memburuknya kondisi kesehatan Mbok Yem:
-
Faktor Usia
-
Usia Mbok Yem yang sudah lanjut tentu membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
-
-
Cuaca Dingin Gunung
-
Suhu ekstrem di Gunung Lawu yang bisa mencapai titik beku di malam hari, sangat mungkin menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
-
-
Kurangnya Istirahat
-
Meski sudah sakit, ia tetap melayani pendaki dengan ramah dan penuh senyum. Pengabdian ini mungkin berdampak pada kurangnya waktu istirahat.
-
-
Lingkungan Lembap dan Terbuka
-
Warung Mbok Yem berada di lokasi terbuka dan lembap, yang bisa memperparah kondisi penderita pneumonia.
-
Duka Mendalam dari Komunitas Pendaki
Berita wafatnya Mbok Yem menjadi pukulan berat bagi komunitas pendaki Indonesia. Sosoknya dianggap sebagai “ibu gunung” yang selalu menjaga dan melayani mereka tanpa pamrih. Banyak pendaki yang mengekspresikan rasa kehilangan dan mengenang kebaikannya melalui media sosial.
Doa-doa pun mengalir agar amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT, dan semoga ada pihak yang kelak bisa meneruskan semangat pengabdian beliau di puncak Lawu.
Kepergian beliau bukan hanya meninggalkan duka, tapi juga sebuah pelajaran tentang ketulusan, kesederhanaan, dan pengabdian. Di tengah hiruk-pikuk dunia, beliau hidup di atas gunung dan melayani manusia tanpa lelah. Warung kecilnya bukan sekadar tempat singgah, tapi juga simbol kehangatan di tengah kerasnya alam.