Belakangan ini, media sosial ramai memperbincangkan sebuah video viral yang mengklaim telah ditemukan makam Nabi Zulkifli di balik reruntuhan Tembok Besar China. Video tersebut memperlihatkan proses pembongkaran sebuah struktur kuno oleh beberapa pekerja, yang kemudian menyingkap sebuah makam dengan ornamen bergaya Timur Tengah.
Klaim ini tentu mengundang kehebohan netizen, terutama karena narasinya menyebutkan bahwa makam tersebut adalah milik seorang nabi. Tapi, benarkah itu makam Nabi Zulkifli? Mari kita bedah faktanya.
Video Viral Penemuan Makam Nabi Setelah Tembok Besar Cina Runtuh
Video yang viral ini diawali dengan dokumentasi pembongkaran batu-bata dari sebuah struktur tua yang sudah runtuh di salah satu titik Tembok Besar China. Lokasinya disebut berada di wilayah pegunungan Hebi—tempat yang menjadi bagian dari jalur sejarah Jalur Sutra.
Menurut narator dalam video, makam yang ditemukan memiliki ornamen khas arsitektur Timur Tengah dan terdapat naskah kuno dalam bahasa Semitik yang menyebutkan kata “Nabi” yang berarti “pembawa cahaya dari Timur”.
Pernyataan ini pun diperkuat oleh kutipan dari Prof. Li Zhang dari Universitas Arkeologi Beijing dalam jurnal Arkeologi Jalur Sutra, yang menyatakan bahwa penemuan ini masih dalam tahap penelitian dan belum bisa dipastikan siapa sebenarnya tokoh yang dimakamkan di sana.
Makan Nabi Zulkifli di Tembok Besar Cina Apakah Palsu?
Banyak netizen yang menanggapi dengan kritis video tersebut. Salah satu komentar menyebut bahwa:
“Video yang beredar ini adalah video editan. Video asli tahun 2022 (silakan cek situs Explore History) digabung dengan video lain yang ada unsur tulisan Arabnya. Video pertama adalah penemuan makam kuno salah satu kaisar dari Dinasti Qing yang ditemukan tahun 2022, sedangkan video kedua bukan berlokasi di China.”
— @Frederik Rex Kereh
Komentar lain juga menyoroti elemen visual yang janggal:
“Saya sudah nonton. Di video bagian dalam memang model arsitektur Timur Tengah, tapi di pintu depan kiri-kanan ada patung seperti prajurit berpakaian ala China tradisional. Bisa jadi ini kuburan penguasa China yang bangunannya meniru arsitektur Timur Tengah.”
— @Tips
Dengan kata lain, video yang diklaim penemuan makam nabi zulkifli di china ini kemungkinan merupakan gabungan dari beberapa potongan rekaman berbeda yang sengaja diramu untuk membangun narasi tertentu yang belum terverifikasi kebenarannya.
Jadi narasi penemuan makam nabi zulkifli setelah runtuhnya tembok besar china adalah hoax atau palsu. Apalagi saat ini banyak teknologi kecerdasan AI yang bisa saja mengubah atau mengedit video sehingga kelihatan seperti asli makam nabi.
Lantas, Di Mana Lokasi Asli Makam Nabi Zulkifli?
Menurut informasi yang dibagikan seorang vlogger Muslim asal Indonesia, makam Nabi Zulkifli kini berada di Eyil, Suriah.
Berikut adalah fakta-fakta tentang penemuan makam tersebut:
-
Awalnya ditemukan tahun 1995, ketika pemerintah setempat ingin membangun bendungan dan mengeringkan sungai.
-
Di dasar sungai tersebut ditemukan berbagai bangunan tua: masjid, madrasah, rumah, dan makam.
-
Salah satu jasad yang ditemukan dalam kondisi utuh, seperti baru dimakamkan kemarin, dan berdasarkan penelitian diyakini sebagai Nabi Zulkifli.
-
Makam ini dipindahkan bersama jasad Nabi Ilyasa ke lokasi yang aman di wilayah Eyil.
Meskipun tidak seluruh detail riset arkeologisnya dipublikasikan secara ilmiah, penemuan ini telah dikenal luas di kalangan peneliti sejarah Islam dan dianggap lebih sahih dibanding klaim di China.
Kenapa Bisa Ada Makam Nabi di China?
Dalam Islam, terdapat riwayat bahwa jumlah nabi yang pernah diutus Allah mencapai 124.000 nabi. Maka, secara logika, sangat mungkin jika ada nabi yang pernah diutus di wilayah Asia Timur, termasuk China.
Namun dalam kasus ini, klaim bahwa makam di Tembok Besar China adalah milik Nabi Zulkifli tidak memiliki bukti arkeologis maupun historis yang kuat. Tulisan yang menyebut “Nabi” dalam naskah Semitik tidak serta-merta merujuk pada Nabi Zulkifli, dan para arkeolog masih melakukan analisis lanjutan terhadap artefak yang ditemukan.
Semoga informasi ini dapat menjadi wawasan tambahan dan membuka mata kita bahwa tidak semua yang viral itu benar. Tetap kritis, tetap objektif.
Wallahu a’lam bishawab.